Dan dia masih hanya bisa bicara.. yang semakin tak kumengerti kemana arahnya..
Ketegaranku melebur…
Aku menemuinya dalam isak tangis.. dalam kehangatan.. dalam bara api… dalam hujan salju..
Apalagi yang akan dia renggut jika yang diambilnya sudah tak menyisakan apapun..
Malaikat tak bersayap tak mampu mendengar
Dia hanya menebar kedamaian,
Setitik nelangsa ini tak mampu mengusiknya, tiada angin berkirim kabar
Aku bahagia dalam awan yang menguap
Aku menggantung dalam mendung yang mengapung
-060110-
Pertamax sek ah ??
karo minta backlinke ?????
so sweet 🙂
PETROMAXXXX (dudu pertamanx)…..
Lha iki nggo sopo sajake?
tumben kutemukan puisi disini
koyoke kok lagi bergermbira yaw
😀
sepertinya ini lagi senang sekaligus sedih yah? seperti dalam sebuah hubungan yang ada senangnya sekaligus sedihnya.. semoga awet! *bnr ga sih penafsiran saya?*
salam kenal yah!
mantaps. sumpah keren, perpaduan antara itam dan putih.. menjadi area abu2 yang meninggalkan tanya.
kok nrenyuhke bu lik?
lagi bahagia neh
puisi yang menarik
lha kabare kabuur pow…
belum ada sambungannya
kapan nerbitin buku M?